Jumat, 22 Mei 2009

Baiti Jannati

Mulai dari masalah penghasilan suami yang dinilai kurang oleh istri,
suami yang sering pergi ke luar kota sehingga istri kesepian, istri
yang ikut bekerja di luar rumah sehingga keluarga kurang mendapatkan
perhatian, mencurigai pasangannya selingkuh, dan masih banyak lagi.

Kemandirian wanita dalam memenuhi kehidupan ekonominya menjadi salah
satu penyebab ringannya istri meminta cerai. Majalah Time pernah
mengutip pernyataan mantan putri Indonesia, Alya Rohali : "We have
proved that we can succeed financially, with or without a man" (kami
sudah membuktikan bahwa kami dapat mencapai kesuksesan finansial,
dengan atau tanpa laki-laki). Tidak mengherankan jika banyak kasus
gugatan cerai yang dilakukan Tenaga Kerja Wanita (TKW). Para wanita
itu telah bekerja keras di luar negeri, sementara para suami hidup
santai di rumah. Ironisnya, ada suami yang tega hidup berfoya-foya
dengan uang kiriman istri, bahkan berselingkuh ketika istrinya bekerja
di negeri asing. Akhirnya, wanita-wanita itu pun merasa tidak tahan
dan akhirnya meminta cerai.

Semua pasangan dengan berbagai latar belakang bisa mengalami masalah
rumah tangga yang rumit. Sayangnya, banyak figur terkenal yang masalah
rumah tangganya diekspose media. Mulai dari selebriti Ahmad Dhani dan
Maia Estianty yang "perang bintang" keduanya menjadi bahan jualan
acara infotainment selama berbulan-bulan, hingga perceraian Ustadzah
ternama Hj. Lutfiah Sungkar. Akibatnya, masyarakat menganggap bahwa
pertengkaran hingga perceraian adalah suatu hal yang wajar dan layak
terjadi.

Perceraian pun bukan solusi akhir. Masih banyak masalah lain yang
muncul pasca perceraian. Misalnya hak asuh anak yang tidak jarang
berbuntut di pengadilan, berebut harta gono-gini, hingga saling tuduh
dan menjelekkan pribadi mantan pasangannya. Drama perebutan hak asuh
anak antara artis cantik Tamara Bleszynski dengan Teuku Rafli Pasha
menjadi contoh betapa rumitnya kehidupan pasca perceraian.

Hadirnya era globalisasi seharusnya mempermudah pasangan suami istri
dalam berkomunikasi. Anehnya, keterbukaan hati dan jalinan komunikasi
yang lancar antara suami dengan istrinya tidak otomatis muncul. Tidak
jarang, teknologi informasi justru memicu kecemburuan yang
membabi-buta. Sampai-sampai ada suami yang tega menyita telepon
genggam istrinya karena khawatir istrinya selingkuh. Kemudahan
komunikasi dengan telepon genggam yang dilengkapi fasilitas layanan
short message service (sms) justru memudahkan orang yang akan
berselingkuh.

Oleh karena itu, sangat tepat DPD II HTI Kab. Bantul menyelenggarakan
Training Keluarga Sakinah II dengan tema "Menggapai Baiti Jannati di
Era Globalisasi". Training yang sudah memasuki angkatan kedua ini akan
diselenggarakan pada hari Ahad, 17 Juni 2007 pukul 08.00 -17.00 di
Hotel Jogokaryan, Yogyakarta. Pasangan suami istri yang akan menjadi
peserta hanya perlu membeli tiket senilai Rp 50.000,00. Fasilitas yang
akan didapatkan berupa makan siang, kudapan, serta doorprize dari sponsor.

Tiket training bisa didapatkan di Sekretariat Panitia, Pepe nomor 1
Trirenggo Bantul, setiap hari Senin – Sabtu pukul 10.00 – 14.00.
Informasi lebih lengkap bisa menghubungi Hesti Rahayu (08121599809).
Bagi anda yang tidak sempat untuk datang ke sekretariat panitia,
silakan menghubungi kami untuk dibantu teknis pendaftaran.

Harapan kami, training ini bisa menjadi jawaban atas berbagai
pertanyaan terkait problem rumah tangga yang sudah menumpuk di meja
redaksi. Slogan hebat berbunyi "rumahku surgaku" semoga tidak hanya
menjadi teori // perilis by Masdar Hy, Dr. Hc ( culture java )

0 komentar: