Cinta Buta, Apakah tumbuh karena inisiatif atau ketetapan takdir?
Qois bin Al-Mulawwah berkata,
Cinta menghampiri sebelum ku mengenal arti cinta
Cinta telah membalikan hati yang hampa.
Sebagian filosof berkata, “kerinduan adalah kerasukan yang muncul didalam hati, yang terus bergerak dan tumbuh, kemudian bisa terarah dan menyatu dengan hasrat. Jika cinta buta itu semakin menguat, maka orang yang mengalaminya akan bertambah bergetar, gundah, dan ingin mendapatkan apa yang diharapkannya, sehingga seringkali menimbulkan keresahatan hati dan kekhawatiran. Sudah barang tentu aliran darah pada saat itu memusat diotak dan jantung. Jika aliran darah terlalu banyak memusat diotak, maka menimbulkan gangguan pikiran. Jika pikirannya terganggu, berarti akalnya sudah tidak terkontrol lagi. Dia bisa mengharapkan apa yang tidak mungkin terjadi, mengangan-angankan apa yang tidak tercapai, sehingga akhirnya menjurus kepada gila. Dalam keadaan seperti itu, boleh jadi orang yang dimabuk cinta bisa bunuh diri atau mati karena merana.
Apakah cinta buta itu timbul karena inisiatif ataukah karena ketetapan takdir? Sebagaimana dikatakan dalam sebuah syair,
Dia tenggelam dalam cinta yang membara
Tatkala cinta menyusut dia tak berdaya
Dia melihat gelombang besar seperti riak ombak
Tatkala menggulung diapun tenggelam
Dia berharap dosanya menyusut
Namun dia tak lagi sanggup
Hal ini seperti orang yang dimabuk karena minum khamr. Perbuatan orang mabuk itu berdasarkan inisiatif sedangkan akibat perbuatannya yang mabuk itumerupakan ketetapan atau akibat yang pasti terjadi karena minum khamr. Selagi sebabnya terjadi karena inisiatif, maka dia tidak dimaafkan karena akibat yang terjadi kemudian diluar inisiatifnya. Selagi sebabnya merupakan sesuatu yang diperingatkan, maka mabuk itu bukan termasuk sesuatu yang dimaafkan.
Tidak dapat diragukan, mengumbar pandangan dan mengulur-ulur pikiran, serupa dengan mabuk yang minum khamr. Dia dicela karena sebabnya. Oleh karena itu jika seorang jatuh cinta karena sebab yang tidak diperingatkan, maka dia tidak dicela, seperti orang yang bercinta dengan istrinya, kemudian berpisah dengan membawa sisa cintanya yang masih melekat. Keadaan ini tidak dicela.
Dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa mabuk cinta itu lebih parah daripada minum khamr. Allah berfirman tentang kaum luth yang mencintai rupa,
“demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing didalam kemabukan (kesesatan).”(al-hijr:72)
Ibnu qoyyim : Taman orang2 jatuh cinta dan memendam rindu
Senin, 25 Mei 2009
Cinta buta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar