Selasa, 26 Mei 2009

Sejarah Banana/ Gedang-gedang


PISANG bisa disebutkan sebagai buah kehidupan. Kandungan kalium yang cukup banyak terdapat dalam buah ini mampu menurunkan tekanan darah, menjaga kesehatan jantung, dan memperlancar pengiriman oksigen ke otak. Kalau darah, jantung, dan otak terganggu, bukankah kehidupan manusia terancam?
Selain itu, kandungan Vitamin A yang tinggi dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap ISPA, kulit bersisik, dan kebutaan. Manfaat lain, pisang bisa menjadi pengganti makanan pokok, sehingga mengurangi ketergantungan rakyat Indonesia terhadap beras.
Manusia telah mengonsumsi pisang sejak zaman dahulu kala. Kata pisang berasal dari bahsa Arab, yaitu maus yang oleh Linneus dimasukkan ke dalam keluarga Musaceae, untuk memberikan penghargaan kepada Antonius Musa, yaitu seorang dokter pribadi kaisar Romawi (Octaviani Agustinus) yang menganjurkan untuk memakan pisang. Itulah sebabnya dalam bahasa latin, pisang disebut sebagai Musa paradisiacal .
Menurut sejarah, pisang berasal dari Asia Tenggara yang oleh para penyebar agama Islam disebarkan ke Afrika Barat, Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Selanjutnya pisang menyebar ke seluruh dunia, meliputi daerah tropis dan subtropis. Negara-negara penghasil pisang yang terkenal di antaranya adalah: Brasilia, Filipina, Panama, Honduras, India, Equador, Thailand, Karibia, Columbia, Mexico, Venezuela, dan Hawai. Indonesia merupakan negara penghasil pisang nomor empat di dunia.
Di Asia, Indonesia termasuk penghasil pisang terbesar karena sekitar 50 persen produksi pisang Asia berasal dari Indonesia. Sentra produksi pisang di Indonesia adalah: Jawa Barat (Sukabumi, Cianjur, Bogor, Purwakarta, Serang), Jawa Tengah (Demak, Pati, Banyumas, Sidorejo, Kesugihan, Kutosari, Pringsurat, Pemalang), Jawa Timur (Banyuwangi, Malang), Sumatera Utara (Padangsidempuan, Natal, Samosir, Tarutung), Sumatera Barat (Sungyang, Baso, Pasaman), Sumatera Selatan (Tebing Tinggi, OKI, OKU, Baturaja), Lampung (Kayu Agung, Metro), Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Bali dan Nusa Tenggara Barat.
Tanaman Serbaguna
Pisang telah lama akrab dengan masyarakat Indonesia, terbukti dari seringnya pohon pisang digunakan sebagai perlambang dalam berbagai upacara adat. Pohon pisang selalu melakukan regenerasi sebelum berbuah dan mati, yaitu melalui tunas-tunas yang tumbuh pada bonggolnya. Dengan cara itulah pohon pisang mempertahankan eksistensinya untuk memberikan manfaatkan kepada manusia. Filosofi tersebutlah yang mendasari penggunaan pohon pisang sebagai simbol niat luhur pada upacara pernikahan.
Iklim tropis yang sesuai serta kondisi tanah yang banyak mengandung humus memungkinkan tanaman pisang tersebar luas di Indonesia. Saat ini, hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah penghasil pisang.
Pisang tidak mengenal musim panen, dapat berbuah setiap saat. Hasilnya dapat mencapai 1 – 17 sisir setiap tandan atau 4 – 40 Kg per tandan, tergantung jenisnya. Dalam satu tandan pisang tanduk terdapat 1 – 7 sisir, sedangkan pada pisang ambon 7 – 17 sisir. Buahnya dapat dimakan langsung atau diolah terlebih dahulu.
Pasar pisang di dalam negeri sangat baik karena hampir semua masyarakat kita mengonsumsi pisang. Umumnya masyarakat menginginkan pisang yang rasanya manis atau manis sedikit asam, serta beraroma harum. Di pasaran, pisang dijual dengan berbagai tingkatan mutu, dengan harga yang sangat bervariasi satu sama lain.
Selain buahnya, tanaman pisang juga dapat dimanfaatkan dari bagian bonggol hingga daunnya. Bonggol tanaman pisang (berupa umbi batang) dan batang muda dapat diolah menjadi sayuran. Bunga pisang (dikenal sebagai jantung pisang) dapat digunakan untuk sayur, manisan, acar, maupun lalapan. Daunnya lazim digunakan untuk pembungkus makanan, yang dapat memberikan rasa harum spesifik pada nasi yang dibungkus dalam keadaan panas.
Jenis Pisang
Berdasarkan manfaatnya bagi kepentingan manusia, pohon pisang dibedakan atas tiga macam, yaitu pisang serat, pisang hias dan pisang buah. Pada pisang serat (Musa textilis), yang dimanfaatkan bukan buahnya, tetapi serat batangnya untuk pembuatan tekstil. Pisang hias umumnya ditanam bukan untuk diambil buahnya tetapi sebagai hiasan yang cantik, contohnya adalah pisang kipas dan pisang-pisangan.
Pisang buah (Musa paradisiaca) ditanam dengan tujuan untuk dimanfaatkan buahnya. Pisang buah dapat dibedakan atas empat golongan. Golongan pertama adalah yang dapat dimakan langsung setelah matang (disebut juga pisang meja), contohnya adalah: pisang kepok, susu, hijau, mas, raja, ambon kuning, ambon lumut, barangan, serta pisang cavendish.
Golongan kedua adalah yang dapat dimakan setelah diolah terlebih dahulu, contohnya pisang tanduk, oli, kapas, dan pisang bangkahulu. Golongan ketiga adalah pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak maupun setelah diolah terlebih dahulu, contohnya pisang kepok dan pisang raja.
Golongan keempat adalah pisang yang dapat dimakan sewaktu masih mentah, misalnya pisang klutuk (pisang batu) yang berasa sepat dan enak untuk dibuat rujak. Pisang klutuk beserta kulitnya sering ditambahkan ke dalam rujak untuk mencegah sakit perut atau mules setelah makan rujak.
Di Indonesia, terdapat lebih dari 230 jenis pisang, tetapi yang umum dijual di pasaran dan umum dikonsumsi adalah: pisang barangan, raja, raja sereh, raja uli, raja jambe, raja molo, raja kul, raja tahun, raja bulu, kepok, tanduk, mas, ambon lumut, ambon kuning, nangka, kapas, kidang, lampung, dan pisang tongkat langit.
Buah pisang matang merupakan buah yang mudah busuk, karena kadar airnya yang cukup tinggi. Untuk memperpanjang daya awet dan daya gunanya, buah pisang dapat diolah menjadi berbagai produk. Buah pisang mentah dapat diolah menjadi gaplek, tepung, pati, sirop glukosa, tape, dan keripik. Buah pisang matang dapat diolah menjadi sale, selai, dodol, sari buah, anggur, pure, saos, nectar, pisang goreng, pisang epe, pisang rebus, kolak, getuk, ledre, pisang panggang keju, serta aneka kue lainnya.

Sejarah menjadi milyader karena berkah pisang

Berawal dari enam bulan yang lalu di rumah mereka yang ada di Perumahan Villa Mukakuning, Denni dan Selvi membuat kek pisang hasil produksi rumahan mereka hanya dengan satu oven untuk 20 loyang. Namun penerimaan masyarakat yang baik membuat mereka akhirnya hanya bertahan hitungan hari saja untuk memproduksi sebanyak itu.

“Selanjutnya kita banyak terima pesanan dari mana-mana. Habis itu kita produksi seharinya 40 loyang,” ujar Selvi. Dan tahukan Anda sekarang berapa produksi yang harus dilakukan Denni dan Selvi untuk kek pisangnya? 150 sampai 200 dan loyang per hari!

Dalam awal produksinya, Denni mengaku hanya menggunakan modal sendiri serta keyakinan. Pria yang sempat menjadi karyawan di Mukakuning inipun mencoba untuk berbisnis makanan sejak ia memutuskan keluar dari perusahaan dan memilih berwiraswasta pada tahun 2006.

Berbagai bisnis makanan pun sempat dicobanya. Bersama sang istri, ia sempat mencoba berjualan onde-onde, kerupuk buatan sendiri yang juga dipasarkan sendiri dengan sepeda motor, sampai membuka restoran.

“Restoran itu usaha kami yang kurang berhasil. Kalau usaha-usaha yang lain-lainnya bisa jalan sih, tapi kaminya yang kecapekan sendiri. Akhirnya usaha kek pisang inilah yang kami jalani sekarang,” cerita Deni.

Sementara itu bagi Selvi, pemikirannya untuk membuat kek pisang Villa buatannya merupakan sebuah ide yang muncul karena ia ingin membuat sebuah kek seperti brownies akan tetapi yang berbeda.

“Saya ingin buat kek yang seperti brownies tapi rasanya beda. Terus kepikiran untuk buat yang olahannya pisang karena kan jarang ada. Selama ini orang selalu tahu pisang tapi paling-paling hanya diolah untuk digoreng itu saja. Saya ingin buat yang olahan dari pisang tapi moderen,” ujar wanita yang hobi memasak sejak kecil ini.

Untuk pemasaran, pada awalnya Deni menawarkan kepada para pekerja di Mukakuning untuk menjadi pemasarnya. Setiap mereka yang berhasil memasarkan kek pisang miliknya akan dapat memperoleh fee bonus.

Kini, usaha kek pisang Villa bisa dibilang cukup berkembang pesat. Dari yang sebelumnya diproduksi sendiri di rumah, kini mereka sudah menyewa sebuah ruko di deretan ruko Villa Mukakuning Blok A2 nomor 10, Batam.

Pemasaran dan penawarannya pun sudah banyak kemajuan. Untuk penampilan kek pisangnya sendiri, Deni dan Selvi mengemas kek pisang mereka dalam sebuah kotak dengan desain khusus. Untuk rasa, kini kek pisang Villa ditawarkan dengan 12 rasa. Ada original banana, choco banana, mocha with peanut cream, mede with choco fla, rainbow banana, blaster banana, cheese banana, mede choco banana, blackforest banana, pandan cheese banana, kaya pandan banana, dan original pandan banana.

Untuk memudahkan pembeli, Deni dan Selvi juga menawarkan servis free delivery di nomor 0778 7375217. Ada juga paket pulang kampung yang dalam satu dus jinjingan berisi empat kotak dengan harga lebih hemat.

“Kalau nantinya berkembang, kami hanya ingin membuka cabang di Batam saja, bukan franchise atau buka cabang di tempat lain. Karena memang inginnya kek pisang Villa ini benar-benar jadi oleh-oleh khas Batam,” cetus Deni.

Sementara itu dalam pengembangan usahanya, Deni sendiri banyak menimba ilmu dari Entrepreneur Association, tempat berkumpulnya para pengusaha yang kebanyakan memulai usahanya benar-benar dari nol. Mulai dari pengurusan hak paten merek, label halal, atau strategi pengembangan usaha, Deni dan Selvi banyak menimba ilmu dari sana.

0 komentar: