Kamis, 28 Mei 2009

Serba Bengkuang di Kota Bengkuang


Serba Bengkuang di Kota Bengkuang
Julukan Kota Bengkuang kepada Kota Padang sepertinya tak cuma sekadar slogan., iklan ( advert )
Mau tau kenapa ? Pengunjung sekarang tak cuma bisa menikmati manisnya buah bengkuang. Mereka sudah bisa membawa pulang souvenir lain. Mulai dari jus bengkuang, kerupuk bengkuang dan pernak – pernik lain berbentuk bengkuang.
Bengkuang atau orang di Padang menyebutnya bingkuang adalah buah tangan spesifik kota berpenduduk sekitar 668.972 jiwa ini (data BPS per 5 April 2008). Tak pelak, hampir setiap orang yang datang ke Padang membeli bengkuang sebagai oleh-oleh.
Saking terkenalnya Padang dengan buah bengkuang, sebuah pameo terdengar ditengah masyarakat Sumbar (luar Padang). ” Ka Padang besuak da? Jaan lupo ndak? Bali Bingkuang!” (Berangkat ke Padang besok Bang? Jangan lupa beli Bengkuang!).
Di Padang, bengkuang tak mengenal masa musiman. Buah ini selalu ada setiap harinya. Jejeran penjual kaki lima pun terlihat ramai di sepanjang jalan Hamka Air Tawar Padang. Di sana juga bisa ditemui sebuah patung bengkuang ukuran sangat besar—persisnya di samping Plaza Minang.
Besarnya potensi dari buah bengkuang, lambat – laun menumbuhkan keinginan beberapa masyarakat Padang untuk mengoptimalkan pengolahannya. Bengkuang yang tadinya hanya terlihat dijual berbentuk buah segar, kini sudah beragam bentuk dan kemasannya.
” Selain dianggap punya nilai jual lebih tinggi (dipastikan ada pembeli tiap hari), komoditas pertanian organik diyakini bisa menjadi produk unggulan daerah baru. Asalkan, dikemas dalam bermacam bentuk produk olahan,” ujar Heryanto Rustam, Kadisperindag Tamben Kota Padang.
Berpijak dari itu, sebut Heryanto, sejumlah pengusaha kecil pun mulai dilatih guna melakukan pengolahan terhadap buah bengkuang tadi. Seperti; membuatnya menjadi kerupuk, jus buah dan ‘lapek’ bengkuang.
” Yang paling unik, ada ide brilian dari sebuah UKM di Padang yang menciptakan souvenir keramik berbentuk buah bengkuang. Lucu – lucu juga hasilnya. Ada asbak kecil dan besar. Juga ada pernik mungil untuk pajangan etalase atau meja,” katanya.
Pemilik ide tadi, tambah Heryanto, justru seorang lelaki cacat. Namanya, Adi. Ia tinggal di Pitameh Lubuk Begalung. Guna membantu Adi dalam memproduksi kerajinan keramik bengkuang, pihak Disperindag Tamben pun mengajukan diri sebagai bapak angkat untuk usaha tersebut. Mulai dari pemberian bantuan, pengupayaan pencarian kredit lunak serta pemberian lokasi tempat pengenalan hasilnya di kantor Disperindag Tamben jalan Khatib Sulaiman. Hal sama pun diberikan kepada pengusaha produk kerupuk dan lapek bengkuang.
” Yang pasti, kita bangga dengan usaha mereka. Selain telah menciptakan produk baru dari buah bengkuang, soal harganya juga tidak terlalu memberatkan kantong,” terangnya sambil memperlihatkan hasil keramik berbentuk bengkuang, jus, kerupuk serta lapek berbahan buah bengkuang.
Tidak seluruh kecamatan di Padang memiliki lahan bertanam bengkuang. Dari 11 kecamatan, budidaya bengkuang hanya ditemukan di empat kecamatan. Yaitu, Kecamatan Koto Tangah, Nanggalo, Kuranji, dan Pauh.
Tahun 2005 areal tanam mencapai 130 hektare dengan rata – rata produksi 192 kuintal per hektare (total produksi 2.765 ton). Tahun 2006, areal seluas 128 hektare dan produksi rata-rata 192 kuintal per hektare (total 2.208 ton).
Hanya saja, sistim penanamannya yang masih diselang-selingkan dengan tanaman padi (tanaman sela). Usai panen padi, petani langsung menanam bibit bengkuang. “Tiga-empat bulan kemudian bengkuang sudah bisa dipanen,” ujar Burhan SP, staf di Bidang Pertanian Kantor Dinas Kehutanan dan Pertanian Kota Padang, J
Dipossting Mr. Masdar Hy

0 komentar: